Kamis, 27 Oktober 2011

Faktor Produksi Tanah


Pada dasarnya faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor seperti air, udara, temperatur dan sinar matahari. Semuanya secara bersama menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau sebaliknya jenis tanaman tertentu, untuk dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi menghendaki jenis tanah tertentu, air sekian banyak dengan pengaliran tertentu, temperatur udara sekian, kelembaban sekian persen dan penyinaran sekian. Sementara pada faktor tanah itu sendiri diperlukan lagi subfaktor seperti keadaan fisik dan kesuburannya. Semua keadaan inilah yang akan mengarahkan kita pada pengelolaan usaha tani dan usaha pertanian.
Pengusahaan pertanian selalu didasarkan atau dikembangkan pada luasan lahan tertentu, walaupun akhir-akhir ini dijumpai pengusahaan pertanian yang tidak semata-mata dikembangakan pada luasan tertentu, tetapi pada sumber daya lain seperti media air ataupun yang lainnya. Pengusahaan pertanian yang biasanya menggunakan bioteknologi ini biasanya dapat dijumpai pada usaha pertanian hidroponik, budidaya jaringan (tissue culture) dan sebagainya.
Keberadaan faktor produksi tanah, tidak hanya dilihat dari segi luas atau sempitnya saja, tetapi juga dari segi lainnya, seperti jenis tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan dan lain lain), topografi (tanah dataran tinggi dan dataran rendah), pemilikan tanah, nilai tanah, fragmentasi tanah dan konsolidasi tanah.
1.        Luas penguasaan lahan
Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada penerapan teknologi. Karena pada luasan lebih sempit, penerapan teknologi cenderung berlebihan (hal ini erat hubungannya dengan konversi luas lahan ke hektar) dan menjadikan usaha tidak efisien. Petani kurang perhitungan terutama dalam pemberian masukan seperti pupuk. Padahal sebenarnya pada lahan sempit justru efisiensi usaha lebih mudah diterapkan, karena mudahnya pengawasan dan penggunaan masukan, kebutuhan tenaga kerja sedikit serta modal yang diperlukan juga lebih sedikit dan lebih mudah diperoleh. Tetapi kenyataan di lapang justru hal pertama yang lebih banyak dijumpai.
2.        Jenis tanah
Jenis tanah perlu menjadi perhatian dalam proses usaha tani dan usaha pertanian. Karena jenis tanah akan mengarahkan petani kepada pemilihan komoditas yang sesuai, pilihan teknologi serta metode pengolahan tanah. Diketahui tanah diklasifikasikan atas beberapa ordo, sub-ordo, grup, sub-grup, famili dan seri yang masing-masingnya memiliki sifat dan ciri tersendiri. Disamping itu, jenis tanah juga mengarahkan petani pada keadaan tanah yang dimiliki atau dikuasainya. Bagaimana bahan penyusun tanahnya (kandungan mineral, bahan organik, air dan udara), keadaan fisiknya (warna tanah, batas-batas horizon, tekstur, struktur, konsistensi, drainase, keadaan pori-pori, tingkat kematangan tanah dan sifat fisik lainnya) dan keadaan kimianya (reaksi atau pH tanah, koloid tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, unsur hara esensial dan kandungan unsur hara). Dengan mengetahui ini semua, petani ataupun pengusahaan pertanian akan lebih mudah mengambil kebijakan atau tindakan untuk menjadikan usahanya efisien dan menguntungkan.
3.        Fungsi tanah alam usaha dibidang pertanian
Sebenarnya untuk sebuah usaha dibidang pertanian, penilaian terhadap tanah tidaklah cukup, tetapi juga harus dilengkapi dengan penilaian “sosial ekonomis”. Unsur-unsur sosial ekonomis yang melekat pada tanah dan memiliki peranan dalam pengelolaan usahatani cukup beragam, diantaranya yaitu (a) kekuatan atau kemampuan potensial dan aktual dari tanah, (b) kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan daya saing dari tanah,  (c) produktivitas tanah dan (d) nilai sosial ekonomis dari tanah.
Daftar Pustaka
Daniel, Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Rabu, 26 Oktober 2011

Teknik Budidaya Sayuran secara Hidroponik

Istilah hidroponik berasal dari istilah Yunani yaitu hidro yang berarti air dan ponos berarti kerja. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. Dilontarkan pertama kali oleh W.A. Setchell dari University of California, sehubungan dengan keberhasilan W.F. Gericke dari university yang sama, dalam pengembangan teknik bercocok tanam dengan air sebagai medium tanam.
Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
Kultur Air
Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh bangsa Aztec. Dalam metode ini tanaman ditumbuhkan pada media tertentu yang di bagian dasar terdapat larutan yang mengandung hara makro dan mikro, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi tersebut.
Kultur Agregat
Media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam padi (kuntan), dan lain-lain yang harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemberian hara dengan cara mengairi media tanam atau dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki atau drum, lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik.
Nutrient Film Technique
Pada cara ini tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari lempengan logam tipis tahan karat. Di dalam saluran tersebut dialiri air yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut.
Faktor-faktor Penting dalam Budidaya Hidroponik
Unsur Hara
Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan.
Hara tersedia bagi tanaman pada pH 5.5 – 7.5 tetapi yang terbaik adalah 6.5, karena pada kondisi ini unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis tanaman (Jones, 1991).
Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garam-garam pupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara, pemilihannya biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut.
Media Tanam Hidroponik
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman.
Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik antara lain pasir, kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan sebagainya. Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan media. Tingkat suhu, aerasi dan kelembaban media akan berlainan antara media yang satu dengan media yang lain, sesuai dengan bahan yang digunakan sebagai media.
Arang sekam (kuntan) adalah sekam bakar yang berwarna hitam yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, dan telah banyak digunakan sabagai media tanam secara komersial pada sistem hidroponik.
Komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 yaitu 52% dan C sebanyak 31%. Komponen lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dalam jumlah relatif kecil serta bahan organik. Karakteristik lain adalah sangat ringan, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi karena banyak pori, kapasitas menahan air yang tinggi, warnanya yang hitam dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif, pH tinggi (8.5 – 9.0), serta dapat menghilangkan pengaruh penyakit khususnya bakteri dan gulma.
Oksigen
Keberadaan Oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya oksigen menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dinding sel makin sukar untuk ditembus, Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang tergenang.
Tingkat oksigen di dalam pori-pori media mempengaruhi perkembangan rambut akar. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: memberikan gelembung-gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian larutan hara yang berulang-ulang, mencuci atau mengabuti akar yang terekspose dalam larutan hara dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman untuk kultur agregat.
Air
Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2500 ppm, atau mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 µS/cm serta tidak mengandung logam-logam berat dalam jumlah besar karena dapat meracuni tanaman.
Keuntungan dan Kendala Hidroponik
Beberapa kelebihan bertanam secara hidroponik adalah produksi tanaman persatuan luas lebih banyak, tanaman tumbuh lebih cepat, pemakaian pupuk lebih hemat, pemakaian air lebih efisien, tenaga kerja yng diperlukan lebih sedikit, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, masalah hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi serta dapat menanam tanaman di lokasi yang tidak mungkin/sulit ditanami seperti di lingkungan tanah yang miskin hara dan berbatu atau di garasi (dalam ruangan lain) dengan tambahan lampu. Sedangkan kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia serta investasi awal yang mahal.

Teknik Budidaya

A. Media
Media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5 -6.5. Selain itu media harus porous dan dapat mempertahankan kelembaban. Media yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman :

Media untuk persemaian atau pembibitan
Untuk persemaian dapat digunakan media berupa pasir halus, arang sekam atau rockwool. Pasir halus sering digunakan karena mudah diperoleh dan harganya murah, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat nutrisi di dalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang sekam dan serbuk gergaji atau serbuk sabut kelapa.

Media untuk tanaman dewasa
Media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu pasir agak kasar, arang sekam, rockwool dan lain-lain. Media yang ideal adalah arang sekam. Keuntungannya adalah kebersihan dan sterilitas media lebih terjamin bebas dari kotoran maupun organisme yang dapat mengganggu seperti cacing, kutu dan sebagainya yang dapt hidup dalam pasir. Media arang sekam bersifat lebih ringan namun lebih mudah hancur, penggunaannya hanya dapat untuk dua kali pemakaian. Arang sekam dapat dibeli di toko-toko pertanian atau membuat sendiri.

B. Benih
Pemilihan benih sangat penting karena produktivitas tanaman tergantung dari keunggulan benih yang dipilih. Periksa label kemasan benih, yaitu tanggal kadaluarsa, persentase tumbuh dan kemurnian benih. Pemilihan komoditas yang akan ditanam diperhitungkan masak-masak mengenai harga dan pemasarannya. Contoh sayuran eksklusif yang mempunyai nilai jual di atas rata-rata adalah tomat Recento, ketimun Jepang, Melon, paprika, selada, kailan, melon dan lain-lain.

C. Peralatan Budidaya Hidroponik
Peralatan yang diperlukan adalah :
a)      Tempat semai, bisa menggunakan pot plastik, polybag kecil, bak plastik, nampan semai, atau kotak kayu.
b)   Tempat tanaman dewasa, umumnya digunakan polybag berukuran 30-40 cm dengan lobang secukupnya untuk mengalirkan kelebihan air saat penyiraman.
c)      Kertas tissu/koran basah untuk menjaga kelembaban
d)     Ayakan pasir untuk mengayak media semai
e)      Handsprayer untuk penyiraman
f)       Centong pengaduk media
g)      Pinset untuk mengambil bibit dari wadah semai
h)      Polybag ukuran 5 kg untuk penanaman transplant
i)        Benang rami (seperti yang sering digunakan tukang bangunan) untuk mengikat tanaman
j)        Ember penyiraman

D. Pelaksanaan
Persiapan media semai
Sebelum melakukan persemaian, campuran media semai diaduk dahulu secara merata.

Persemaian tanaman
a)      Persemaian benih besar
Untuk benih yang berukuran besar seperti benih melon dan ketimun, sebaiknya dilakukan perendaman di dala air hangat kuku selama 2-3 jam dan langsung ditanamkan dalam tempat semai yang berisi media dan telah disiram dengan air. Benih diletakkan dengan pinset secara horisontal 4-5 mm dibawah permukaan media.
Transplanting bibit dari wadah semai ke tempat yang lebih besar dapat dilakukan ketika tinggi bibit sekitar 12-15 cm (28-30 hari setelah semai).
b)      Persemaian benih kecil
Untuk benih berukuran kecil seperti tomat, cabai, terong dan sebagainya cara penyemaian berbeda dengan benih besar. Pertama siapkan tempat semai dengan media setebal 5-7 cm. Di tempat terpisah tuangkan benih yang dicampurkan dengan pasir kering steril secukupnya dan diaduk merata. Benih yang telah tercampur dengan pasir ditebarkan di atas permukaan media semai secara merata, kemudian ditutup dengan media semai tipis-tipis (3-5 mm). Setelah itu permukaan tempat semai ditutup dengan kertas tisu yang telah dibasahi dengan handsprayer kemudian simpan di tempat gelap dan aman. Wadah semai sebaiknya dikenakan sinar matahari tip pagi selama 1-2 jam agar perkecambahan tumbuh dengan baik dan sehat. Setelah benih mulai berkecambah, kertas tisu dibuang.
Setelah bibit mencapai tinggi 2-3 cm dipindahkan ke dalam pot/polybag pembibitan.

Perlakuan semai
Bibit kecil yang telah berkecambah di dalam wadah semai perlu disirami dengan air biasa. Penyiraman jangan berlebih, karena dapat menyebabkan serangan penyakit busuk.

Pembibitan
Setalah bibit berumur 15-17 hari (bibit yang berasal dari benih kecil) perlu dipindahkan dari wadah semai ke pot/polybag pembibitan agar dapat tumbuh dengan baik. Caranya adalah dengan mencabut kecambah di wadah semai (umur 3-4 minggu setelah semai) secara hati-hati dengan tangan agar akar tidak rusak kemudian tanam pada lubang tanam yang telah dibuat pada pot/polybag pembibitan.

Transplanting/pindah tanam
Sebelum dilakukan pindah tanam, perlu dilakukan persiapan media tanam, yaitu dengan mengisikan media tanam ke polybag. Sebaiknya pengisian dilakukan di dekat lokasi penanaman di dalam green house agar sterilitas media tetap terjaga.
Setelah wadah tanam siap dan dibuatkan lubang tanam, maka transplanting siap dilakukan. Transplanting dilakukan dengan membalikkan pot pembibitan secara perlahan-lahan dan menahan permukaannya dengan jemari tangan (bibit dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah). Jika pada pembibitan digunakan polybag, maka cara transplanting bisa dilakukan dengan memotong/menggunting dasar polybag secara horisontal.

Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara kontinu, dengan indikator apabila media tumbuh dipegang dengan tangan terasa kering. Media tanam hidroponik bersifat kering sehingga penyiraman tanaman jangan sampai terlambat. Jenis dan cara penyiraman adalah sebagai berikut:
Penyiraman manual
Penyiraman dilakukan dengan handsprayer, gembor/emprat atau gayung. Cara penyiraman sebagai berikut :
a)      Pada masa persemaian
Cara penyiraman untuk benih berukuran kecil cukup dengan handsprayer 4-5 kali sehari untuk menjaga kelembaban media. Untuk benih berukuran besar digunakan gembor/emprat berlubang halus atau tree sprayer.
b)      Pada masa pembibitan
Penyiraman dilakukan dengan gembor dilakukan sebanyak 5-6 kali sehari dan ditambahkan larutan encer hara.

Pada masa pertumbuhan dan produksi
Penyiraman dilakukan dengan memeberikan 1.5-2.5 l larutan encer hara setiap harinya.
c)      Penyiraman otomatis
Penyiraman dapat dilakukan dengan Sprinkle Irrigation System dan Drip Irrigation System, yaitu sistem penyiraman semprot dan tetes . Sumber tenaga berasal dari pompa.
Perawatan Tanaman. Perawatan tanaman yang perlu dilakukan antara lain adalah :
a)      Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki, tunas air, atau cabang yang terkena serangan penyakit. Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Misal pada tomat recento hanya dipelihara satu batang utama untuk produksi.

b)      Pengikatan
Tanaman yang telah berada di wadah tanam selama 7 hari memerlukan penopang agar dapat berdiri tegak sehingga tanaman dapat tumbuh rapi dan teratur. Penopang tersebut diberikan dengan cara mengikat tanaman dengan tali (benang rami).

Penjarangan bunga (pada sayuran buah)
Penjarangan bunga perlu dilakukan agar pertumbuhan buah sama besar. Namun hasil penelitian penjarangan bunga pada ketimun Gherkin tidak menunjukkan hasil yang berbeda dengan perlakuan tanpa penjarangan bunga.

Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan pestisida.

Panen dan Pasca panen
Pemanenan
Dalam pemanenan perlu diperhatikan cara pengambilan buah/ hasil panen agar diperoleh mutu yang baik, misalnya dengan menggunakan alat bantu pisau atau gunting panen. Cara panen yang benar dan hati-hati akan mencegah kerusakan tanaman yang dapat mengganggu produksi berikutnya.
Kriteria panen masing-masing jenis sayuran berlainan satu sama lainnya dan tergantung dari pasar. Makin besar buah belum tentu makin mahal/laku, malah termasuk kriteria buah afkir sehingga waktu panen yang tepat dan pengawasan pada proses produksi perlu diperhatikan.
Penanganan pasca panen
Pemasaran produk hasil budidaya hidroponik sangat dipengaruhi oleh perlakuan pasca panen. Standar harga penjualan produksi tergantung dari menarik atau tidaknya produk yang dihasilkan, terutama dilihat dari penampilan produk (bentuk, warna, dan ukuran). Perlakuan pasca panen sangat penting karena kualitas produk tidak semata-mata dari hasil produksi saja, melainkan sangat tergantung dan ditentukan oleh penanganan pasca panen, kemasan, sistem penyusunan, metode pengangkutan maupun selektivitas produk. Kerusakan produk dapat dikurangi dengan penanganan pasca panen yang tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah pada produk yang dijual.


Senin, 24 Oktober 2011

PUPUK KANDANG


Pengertian pupuk kandang
Pupuk kandang (pukan) dapat diartikan sebagai semua produk buangandari hewan peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak diberi alas sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut pukan pula.
Berdasarkan sifatnya pukan dibagi dua yaitu pukan padat dan cair.
a.      Pupuk kandang padat
Pukan padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan sebagai sumber hara N bagi tanaman dan dapat memperbaikisifat kimia, biologi dan fisik tanah. Penanganan pukan oleh petani hanya ditumpuk saja pada tempat yang telah disediakan atau ditambah dekomposer untuk mempercepet kematangan pukan.
b.      Pupuk kandang cair
Pukan cair merupakan bentukancair dari kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan urin hewan atau kotoran hewanyang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Pukan yang masih segar jika dicampur dengan air dan dijadikan pukan cair memiliki kandungan hara yang lebih baik dibanding dengan pukan padat. Unsur-unsur hara makro dan seng kadarnya mencukupi, hanya kalsium dan sejumlah kecil besi, mangan dan tembaga perlu diperoleh dari sumber lain, kadar N total pada larutan kotoran ayam sudah ideal, meskipun akan lebih baik bila terdapat bentuk nitratdaripada bentuk amonium.
Kualitas pupuk kandang
Kualitas pupuk kandang (pukan) sangat tergantung pada jenis ternak,  makanan dan air yang diberikan, umur dan bentuk fisik dari ternak.
Pupuk kandang ayam
Pukan ini banyak diberikan oleh para petani karena banyak mengandung P yang berasal dari konsentrat yang diberika pada ayam broiler. Selain itu pukan ini memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama, hal tersebut karena pukan ayam mudah terdekomposisi dan kadar hara yang tinggi.
Pupuk kandang sapi
Pukan sapi merupakan pukan yang memiliki kadar serat paling tinggi sehingga dalam apklikasinya masih perlu proses ulang. Hal tersebut dikarenakan untuk mencagah terhambatnya petumbuhan tanaman karena mikroba dekomposer akan menggunakan N untuk mendekomposisikan bahan organik. Selin itu pada pukan sapi basah masih terdapat banyak air sehingga akan menguras tenaga ekstra.
Pupuk kandang kambing
Pukan kambing yang berbentuk butiran ini memiliki bentuk butiran, sehingga sulit untuk didekomposisikan secara langsung dan akan berdampak langsung pada penyediaan unsur haranya, sehingga dalam apklikasinya perlu dilakukan pengomposan pada pukan kambing. Pukan kambing memiliki kalium tinggi dari pukan lainnya.
Pupuk kandang babi
Pemanfaatan pukan babi sangat berbeda dengan pukan lainnya karena pukan ini diberikan sendiri maka hasil pada tanaman kurang baik oleh sebab itu banyak petani yang mencampurnya dengan pukan ayam atau kambing. Pukan ini sangat dipengaruhi oleh mur ternak, pukan ini memiliki kadar P dan rendah Mg.
Pupuk kandang kuda
Penggunaan pukan ini dilakukan dengan dekomposisi secara alami dalam lubang yang disediakan. Pukan ini sangat tergantung pada jenis pakannya yaitu dedak sehingga mengandung banyak Mg dan memiliki C/N rasio yang rendah.
Kompos pupuk kandang
Pengomposan diartikan sebagai proses dekomposisi secara biologis untuk mencapai bahan organik secara stabil. Hasil yang didapatkan yaitu produk yang stabil, bebas patoge dan biji-biji gulma. Dalam pengomposan akan meningkatkan kadar dari N, P, K, Ca dan Mg serta akan menurunkan C/N rasio dan kadar air unit yang sama. Aplikasi pukan yang dikomposkan berfungsi untuk meningkatkan kesuburan kimia, fisik dan biologi tanah.
Keuntungan dan kekurangan dari kompos pukan
Keuntungan kompos pukan
1.      Mengurangi masa dan volume
2.      Bau berkurang
3.      Terbasminya patogen
4.      Biji-bijian gulma mati
5.      Mempermudah transpotasi
6.      Memperbaiki kondisi tanah
7.      Pelepasan hara-hara yang tinggi secara kontiyu
8.      Mengurangi sumber polusi, menstabilkan N yang mudah menguap menjadi betuk lain seperti protein
9.      Bernilai ekonomi
10.  Meningkatkan daya pegang air, sumber energi flora dan fauna tanah.
Kekurangan kompos pukan
1.      Kehilangan NH3 (N)
2.      Diperlukan waktu dan tenaga
3.      Memerlukan biaya, alat dan pengoperasiannya
4.      Perlunya lahan pengomposan
5.      Pemasaran
Pada pembuatan kompos pukan mengakibatkan 10-25 % kadar N akan hilang. Selain itu akan terbentuk 5 % CH4 dan 30 % N2O yang berpotensi mencemari lingkungan.
Urin ternak
Urin ternak mengandung +10 g l-1, sebagian berbentuk urea. Urin juga mengandung unsur-unsur mineral (S, P, K, Cl dan Na) dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenisdan makanan ternak, keadaan fisiologis dan iklim. Urin terdiri atas 90-95 % air. Urea dalam urin adalah bahan padat utama yang umunya > 70 % nitrogen dalam urin.
Pemanfaatan pupuk kandang dan pengaruhnya terhadap tanaman
Pukan adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfor, kalium dll. Bagaimanapun, nitrogen salah satu hara utama bagi sebagian besar tanaman yang dapat diperoleh dari pukan. Nitrogen pada umunya diubah dalam bentuk nitrrat tersedia yang mudah terlarut dan bergerak kedaerah perakaran.
Pukan mengandung unsur hara dengan konsentrasi yang bervariasi tergantung jenis ternak, makanan, umur dan kesehatan ternak.
Aplikasi pupuk kandang di lahan sawah
Penggunaan pukan pada lahan sawah jauh lebih sedikit dibanding dilaha kering, karena pada lahan sawah pukan dikombinasikan dengan pupuk anorganik. Sehingga dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk anorganik.
Kombinasi pemupukan SP-36 dengan kompos jerami dan pukan kerbau masing-masing 5 t ha-1 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan bobot kering gabah. Pemberian jerami dan pukan kerbau meningkatkan serapan hara K. Selain itu pemberian pukan 5 t ha-1 dan kapur 1 t ha-1 serta pemupukan 45 kg N, 45 kg P2O5 dan 60 kg K2O ha-1 meningkatkan hasil padi 1-2 t ha-1.
Aplikasi pupuk kandang di lahan kering
Pada lahan kering, pemberian pukan dapat dipklikasikan dengan berbagai cara yaitu disebar di permukaan tanah kemudian dicampur pada saat pengolahan tanah, dalam larikan dan dalam lubang-lubang tanaman. Metode aplikasi tergantung dari jenis tanaman yang akan ditanam. Pada tanamn sayuran pemberian pukan mencapai 20-30 t ha-1 , sedangkan tanaman kering seperti jagung, kedelai, padi gogo dll sejumlah 1-2 t ha-1.
Kualitas pukan sangat berpengaruh terhadap respon tanaman. Pukan ayam secara umum memiliki kelebihan dalam kecepatan penyediaan hara, komposisi hara seperti kadar N, P, K dan Ca dibanding pukan sapi dan kambing. Pemberian pukan dengan adanya pencampuran dengan fosfat, kapur, pupuk hijau dll pada berbagai jenis tanaman baik sayuran maupun tanaman kering seperti jagung, kedelai, padi gogo dll akan meningkatkan produksi sebesar 0,9 – 5 t ha-1.
Secara umumpemberiqn pukan pada laha kering dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, meningkatkan kandungan C dan N organik serta KTK tanah.


Kebijakan pengelolaan pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik dalam bentuk segar atau sudah dikomposkan berupa padat atau cair. Pupuk kandang bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro yang rendah.
Di Indonesia pukan yang umum digunakan berasal dari kotoran sapi, kerbau, kambing, kuda, ayam dan daerah tertentu babi. Jika diasumsikan ternak sapi atau kerbau atau kuda dewasa, dapat memproduksi kotoran rata-rata seberat 3 kg hari-1, serta ayam sekitar 200 g hari-1 maka dapat diestimasikan dalam satu tahun produksi kotoran sejumlah 114,45 juta t. Dan apabila kototan tersebut dikomposkan, dengan asumsi penyusutan 30-40 %, maka akan diperolehkompos sebesar25,8 juta t. Bila dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman pangan, maka permusim tanam akan tersedia 23 juta ton pupuk kandang. Dengan rekomendasi umum pukan 2 t ha-1 , maka luas lahan sawah atau lahan kering yang dipupuk sekita 11,5 juta ha. Kendala yang dihadapi yaitu lokasi produksi yang terpisah, penyimpanan dan transportasi yang mahal, teknologi yang masih sangat sederhana, keseragaman fisik, kimia dan biologi yang rendah, hasil yang lama dan hasil yang bervariasi dan mengandung biji gulma dan patogen serta logam berat.

Penggunaan Sianobakteri (Blue Green Algae/BGA) Sebagai Pupuk Hayati


Di alam, sianobakteri/BGA banyak terdapat di pertanaman padi yang tergenang. BGA mempunyai kemampuan ganda yaitu bersifat fotosintetik dan melakukan penambatan. Flora yang banyak yang terdapat di pertanaman padi terdiri atas banyak spesies alga fotosintetik dan penambat nitrogen, antara lain: Anabaena, Scytonema, Tolypothrix, Fischerella, Haplosiphon, Mastigocladus, Stigonema, Westiellopsis, Campylonema dan Microchaete. Selain menambat nitrogen, alga-alga tersebut juga mensekresikan vitamin B12, auxin dan asam askorbat yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Nitrogen atmosfer yang ditambat oleh alga ini akan dilepaskan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk asam-asam amino, protein dan senyawa pengatur pertumbuhan tanaman.
Alga yang ada di alam pada umumnya tertutupi oleh lendir yang mengadung bakteri lain sehingga untuk kepentingan praktis biasanya tidak dilakukan pemurnian kultur alga dari bakteri lain. Kultur alga yang terdiri atas satu macam spesies dapat diisolasi dengan menggunakan medium cair sebagai berikut :
Komponen
Berat/Volume
KNO3
0,02%
MgSO4.7H2O
0,001%
(NH4)2HPO4
0,002%
CaCl2.6H2O
0,0005%
FeCl3
0,00005%
 Gambar 1. Komposisi medium untuk isolasi alga (sumber: Rao, 1982)
Untuk menumbuhkan alga diperlukan pencahayaan, oleh karena itu sampel alga yang diambil dari lapang dikulturkan dalam tabung erlenmeyer dengan pencahayaan. Inkubasi dilakukan selama beberapa minggu pada suhu 28-32oC. Koloni alga yang terpisah kemudian diambil dan dipindahkan pada medium padat atau medium cair untuk identifikasi dan disimpan sebagai kultur stok.
Penyiapan laga sebagai pupuk hayati dapat dilakukan dengan cara sederhana menggunakan beberapa metode, antara lain (1) metode tanki semen, (2) metode palung metal dangkal, (3) metode lubang polythene, (4) metode lapangan. Metode menggunakan polythene merupakan metode yang paling sesuai untuk skala kecil. Dalam metode ini dibuat lubang-lubang kecil di sawah/lapangan yang kemudian ditutup dengan lembaran polythene yang tebal. Tanah sebanyakkurang lebih 10 kg yang dicampur dengan 200 g superphosphate dimasukkan ke dalam lubang kemudian diisi dengan air sampai kurang lebih setinggi 10 cm. Untuk mengatur pH sampai menjadi 7 sebanyak kurang lebih 100 g ditaburkan ke permukaan air. Dalam waktu sekitar satu minggu sudah akan ada pertumbuhan alga pada permukaan air. Selanjutnya air dibiarkan mengering dan biomassa alga dikeringkan. Alga yang sudah dikeringkan dapat digunakan satu minggu setelah penanaman padi dengan dosis 10 kg/ha.

Minggu, 16 Oktober 2011

Laporan Khusus - Asli Indonesia - KOMODO

Orang banyak menyebutnya kerabat dinosourus dari Timor. Dulu bahkan ada yang mengira sebagai naga raksasa yang menyeramkan. Bukan sekedar dongeng atau mitos, inilah bukti kebenarannya. Komodo, satu-satunya warisan dan saksi purbakala yang masih bertahan hingga kini hanya dapat dijumpai di Taman Nasional Komodo, yang terletak di sebuah selat antara Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Komodo menyandang nama latin Varanus komodoensis merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2 hingga 3 meter. Penduduk setempat menyebutnya dengan nama Ora, dikenal juga dengan sebutan naga komodo (komodo dragon) dan biawak komodo ( komodo monitor). Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina. Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki massa sekitar 70 kilogram. Lebih dari itu, fauna yang dapat melihat sampai 300 meter ini bahkan sering mempunyai bobot tubuh lebih besar bila dipelihara di penangkaran. Tercatat spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang 3,13 meter dan berat 166 kilogram. Panjang cakar mencapai 10 cm. Perenang yang baik dan bisa menyelam dalam air sampai kedalaman 5 meter. Satwa yang tidak punya kemampuan untuk mendengar ini mempunyai inteligensi yang bagus, terlihat pada saat berburu atau mencari mangsa, dan itu bukan berasal dari hidung melainkan dari lidahnya yang selalu menjulur keluar untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli. Bahkan lebih dahsyat lagi, sang predator puncak ini dianugrahi bisa dan air liur yang mematikan. Bila ada mangsa seperti rusa, kerbau atau babi hutan yang terkena gigitan komodo, maka pada umumnya korban naas ini hanya akan bertahan hidup selama satu minggu dan langsung binasa. Pada kondisi tertentu, Komodo dapat berperilaku kanibal dengan memangsa komodo lainnya.
Sebagai hewan dalam kelas reptil, komodo berkembang biak dengan bertelur. Musim kawin berlangsung antara bulan Juli hingga Agustus. Komodo jantan akan bertempur memperebutkan betina. Satu bulan setelah musim kawin sang betina akan mencari lubang di tanah untuk bertelur. Sekali bertelur umumnya komodo mengeluarkan 15-30 butir telur dengan masa inkubasi antara 8-9 bulan. Anak-anak komodo yang menetas akan berlindung di atas pohon untuk menghindari predator dan kalibalisme dari komodo dewasa.
Fakta mengejutkan pun terkuak. Menambah daftar keajaiban satwa pelintas zaman ini. Penelitian di London membuktikan komodo dapat beregenerasi dengan cara partenogenesis, yakni pembuahan yang terjadi tanpa adanya perkawinan. Namun disinyalir proses dari partenogenesis ini akan selalu menghasilkan seekor komodo jantan. Dan ini mungkin merupakan salah satu cara guna melindungi komodo dari ancaman kepunahan.
oleh sebab itu kawan marilah kita dukung satwa langka yang merupaka aset Indonesia bukan tapi aset dunia warisan peradaban masa lalu dengan memilih komodo menjadi salah satu keajaiban dunia, dengan cara mengetik KOMODO kirim ke 9818 tarifnya hanya Rp 1/sms.


Sabtu, 08 Oktober 2011

Busuk tongkol fusarium pada jagung (Fusarium moniliforme)


Penyakit ini merupakan penyakit penting dibeberapa daerah penanaman jagung di dunia. Pada umunya terdapat didaerah humid, temperate dan tropis. Penyakit ini dapat menimbulkan pre dan post emergence pada kondisi suhu sekitar 18-26oC. Penyakit ini menginfeksi lewat biji dan tanah. Di dalam tanah tumbuh dan menyebar secara saprofit pada jaringan tanaman jagung yang telah mati. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan menggunakan organomerquri dan non merquri seperti arasan dan dithane. Jenis lain dari Fusarium adalah F. Graminearum. Jenis ini juga menyerang kecambah menyebabkan busuk tangkai dan pada cuaca basah dapat menyerang biji sehingga menyebabkan pembusukan pada biji. Patogen ini merupakan patogen yang menyerang melalui biji dan juga tanah. Dalam tanah patogen ini bertahan pada sisa-sisa tanaman. Penanganan ada biji yang terinfekasi dengan Thiram 300 g/100 kg biji.
Menurut Badaboost (1991), penyakit busuk tongkol (ear rot) yang disebabkan oleh jamur Fusarium, sering disebut “busuk tongkol merah” penyakit ini merupakan penyakit umum pada jagung di seluruh dunia. Jamur-jamur ini dapat terbawa oleh biji dan menyebabkan penyakit semai (damping off) juga menyerang batang dan menyebakan busuk batang (stalk rot).
Gejala busuk tongkol Fusarium bervariasi tergantung berat ringannya penyakit, varietas dan jenis patogennya. Penyakit ini menyebabkan biji busuk sampai pada pangkal tongkol berwarna bervariasi dari merah jambu sampai coklat kemerahan atau coklat kelabu, tergantung banyak sedikitnya jamur dan cuaca.
Pengendalain dapat dilakukan dengan pemeliharaan tanaman sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan yang seimbang, tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di ladang, penanaman varietas tahan, pergiliran tanam (rotasi tanaman) dan perlakuan biji (seed dressing).
Daftar Pustaka
Baadaboost, Muhammad. 1991. Corn Ear and Kernel Rots. Extension Specialist in Fruit and Vegetable Disease. Departement of Crop Sciences. University of Illionis at Urbana-Champaig. http: // www.ipm.uiuc.edu/disease/series200/rpd205/index.html.5
Rasminah, Siti. 2010. Penyakit-Penyakit Pasca Panen Tanaman Pangan. UB-Press. Malang

Pengendalian Hama dan Penyakit dalam Budidaya Tembakau


Penyakit Tanaman Tembakau
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman tembakau adalah penyakit lanas, penyakit rebah kecambah, penyakit kerupuk dan penyakit layu bakteri. Secara ringkas diskripsi penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai berikut.
Penyakit Rebah Kecambah. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp. Penyakit ini pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 – 8,5. Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan, disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan serta pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 – 3 g/liter air), Benomil 2 – 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l air.
Penyakit Lanas. Patogen penyebab penyakit ini adalah cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan (Semangun 1988). Gejala serangannya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu : Tipe 1; tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat, Tipe 2; daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati, Tipe 3; bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal. Cara pencegahannya adalah melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang memperbaiki drainase penggunaan pupuk kandang yang telah masak, rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33 (Lucas 1975, Powel 1988, Melton 1991). Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida Mankozeb 2 – 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 – 2 ml air dan bubur bordo 1 – 2 %.
Penyakit Kerupuk. Patogen penyebabnya adalah virus krupuk tembakau (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV). Gejala serangannya adalah daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar. Pencegahan penyakit ini adalah memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.
Penyakit Layu Bakteri. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala serangannya adalah layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti asap rokok.
Penyakit lain yang kurang berbahaya tapi sering menyerang tanaman tembakau adalah penyakit mosaik tembakau, nematoda, karat daun, embun tepung dan antraknosa.
Hama Tembakau
Beberapa hama yang sering menimbulkan kerugian pada tanaman tembakau yaitu ulat pucuk tembakau, ulat grayak, kutu tembakau, kutu putih dan ulat tanah.
Ulat Pucuk Tembakau (Helicoverpa assulta Genn dan Helicoverpa armigera Hubner). Gejala serangan terlihat dari daun tembakau yang berlubang-lubang karena ulat memakan pucuk daun dan daun atas. Pada saat serangan terjadi gejala tersebut belum nampak dan gejala akan nampak jelas setelah daun tembakau membesar. Tanaman inang lain adalah kapas, jagung, tomat, kedelai, buncis, asparagus dan jarak. Pengendalian dengan penyemprotan insektisida seperti permetrin 2 g/liter atau betasiflutrin 25 g/liter.
Ulat grayak ( Spodoptera litura F). Serangan terjadi pada malam hari biasanya bergerombol di pembibitan maupun di pertanaman. Dari stadia telur sampai menjadi larva instar 5 yang dapat menyerang tanaman memerlukan waktu 22 – 60 hari. Pengendalianya penyemprotan dengan insektisida seperti pada ulat pucuk atau mengumpulkan masa telur.
Kutu Tembakau (Myzus persicae). Kutu ini merusak tanaman tembakau karena mengisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured. Cara pengendalian hama ini adalah dengan mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu). Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.
Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn). Baik kutu dewasa maupun nimfanya mengisap cairan daun sehingga daun menjadi rusak. Disamping merusak daun, kutu ini juga menjadi vektor bagi virus krupuk atau penyakit mosaik tembakau. Cara pengendalian dengan sanitasi lahan dan meyemprot dengan insektisida Klorpirifos.
Untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman tembakau perlu dilakukan pengamatan ambang ekonomis serangan sebagai langkah pengendalian dini (“Early Warning System”). Dengan langkah tersebut dapat diidentifikasi apakah perlu atau tidak untuk melakukan tindakan pengendalian. Apabila hal ini dilakukan jarang sekali terjadi ledakan serangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian pada pengusahaan tembakau.