Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman
untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan
vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan
keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif
buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan
jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru
terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman
yang masih bertahan.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai
oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi
tanaman baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar
dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor
ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi
akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh.
Boulline dan Went (1933) menemukan substansi yang
disebut rhizocaline pada kotiledon, daun dan tunas yang menstimulasi perakaran
pada stek. Menurut Hartmann et al (1997), zat pengatur tumbuh yang
paling berperan pada pengakaran stek adalah Auksin. Auksin yang biasa dikenal
yaitu indole-3-aceticacid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic
acid (NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan
auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam
pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside,
kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA
atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam
pengakaran stek.
Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi
regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang
berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk
menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman
sumberseharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama
dan/atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan
status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan
stek tinggi. Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman
sumber diantaranya adalah:
1.
Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek
dalam kondisi turgid.
2.
Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
3.
Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tamnaman sumber
tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan
pada kondisi cahaya yang tepat.
4.
Kandungan karbohidrat. Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan
stek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk
menghalangi translokasi karbohidrat. Pengeratan juga berfungsi menghalangi
translokasi hormon dan substansi lain yang mungkin penting untuk pengakaran,
sehingga terjadi akumulasi zat-zat tersebut pada bahan stek. Karbohidrat
digunakan dalam pengakaran untuk membangun kompleks makromolekul, elemen
struktural dan sebagai sumber energi. Walaupun kandungan karbohidrat bahan stek
tinggi, tetapi jika rasio C/N rendah maka inisiasi akar juga akan terhambat
karena unsur N berkorelasi negatif dengan pengakaran stek (Hartmann et al,
1997).
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat
berpengaruh pada terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau
media pengakaran seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab,
evapotranspirasi rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin
atau panas, tidak terkena cahaya penuh (200-100 W/m2)
dan bebas dari hama atau penyakit.
Stek
Daun
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada
stek daun dapat berupa lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan
awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Penggunaan
bahan yang mengandung kimera periklinal dihindari agar tanaman-tanaman baru
yang dihasilkan bersifat true to type (Hartmann et al, 1997).
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari
jaringan meristem primer atau meristem sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar
dan tunas baru berasal dari meristem primer pada kumpulan sel-sel tepi daun
dewasa, tetapi pada tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican violet), Sansevieria,
Crassula dan Lily, akar dan tunas baru berkembang dari meristem sekunder dari
hasil pelukaan.
Pada beberapa species seperti Peperomia, akar
dan tunas baru muncul darijaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem
sekunder karena pelukaan. Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan
tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun
lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif (Hartmann, et al,
1997).
Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara
memotong daun dengan panjang 7,5 – 10 cm (Sansevieria) atau memotong
daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada media (Hartmann et al,
1997). Untuk Begonia dan Violces, perlakuan kimia yang umum dilakukan adalah
penyemprotan dengan IBA 100 ppm.
Stek
Umbi
Pada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa
umbi, yaitu: umbi batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Senagai bahan
perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat
setiap potongannya mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk
pada setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida dan
fungisida. Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi antara lain: Solanum
tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus tuberosus,
Amarilis, dan lainlain.
Stek
Batang
Bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek
batang dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman,
yakni: berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous.
Bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek
batang berkayu keras antara lain: apel, pear, cemara, dan lain-lain, dengan
perlakuan kimia IBA atau NAA 2500 – 5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10 –
76 cm atau dua buku (nodes). Stek batang semi berkayu, contohnya terdapat pada
tanaman Citrus sp. dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA dan
NAA 1000 – 3000 ppm dan panjang stek 7,5 – 15 cm. Pada stek batang semi berkayu
ini, daun-daun seharusnya dibuang untuk mengendalikan transpirasi. Disamping
itu, pelukaan sebelumnya mungkin dapat membantu pengakaran. Untuk stek batang
berkayu lunak, contohnya terdapat pada tanaman Magnolia dengan perlakuan
IBA atau NAA 500 – 1250 ppm dan panjang stek 7,5 – 12,5 cm. Pada stek batang
berkayu lunak ini umumnya akar relatif cepat keluar (2 – 5 minggu).
Stek batang yang tergolong herbaceus, dilakukan pada
tanaman Dieffenbachia, Chrisanthemum, dan Ipomoea batatas. Pada
dasarnya perlakuan auksin tidak pdiperlukan pada stek batang herbaceous ini,
tetapi kadang diberikan IBA atau NAA 500 –1250 ppm dan panjang stek yang biasa
digunakan adalah 7,5 – 12,5 cm (Hartmann et al, 1997).
Sumber :
Widiarsih, Sasanti dkk. 2008.
Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar