Buah jeruk ialah buah yang banyak di budidayakan di
Indonesia, sehingga tingkat penyebaranya sangat merata di Indonesia. Oleh sebab
itu apabila makin tinggi tingkat penyebaran maka tingakat trserang hama
penyakit maupun penyakit juga akan semakin tinggi pula. Virus yang sering
menyerang tanaman jeruk ialah CVPD (Citrus
Vein Phloem Degeneration) Penyebab penyakit CVPD yang juga disebut citrus
greening atau huanglongbin adalah bakteri Liberobacter yang
tergolong dalam subdivisi Protobacteria (Chen. 1998). Bakteri Liberobacter
hidup dalam floem tanaman jeruk dan menimbulkan gejala yang khas, bakteri
tersebut belum bisa dibiakkan pada media buatan (Wirawan, 2002).
Oleh
sebab itu kerugian oleh petani yang disebabkan oleh penyakit ini sangat tinggi
, karena bagian yang diserang adalah bagian phloem maka menyebabkan tanaman
yang terserang bisa berakibat kelayuan dan akhirnya mati.
II.1
Gejala pada tanaman
Penyakit CVPD ini disebabkan oleh
Liberibacter asiaticus (bakteri gram negatif), tanaman yang terserang penyakit
ini memilki gejala-gejala pada tanaman antara lain :
a. Gejala
khas
adalah belang-belang kuning
(blotching) tidak merata mulai berkembang pada daun bagian ujung yang
ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Gejala belang-belang pada
bagian atas sama dengan bagian bawah. Pada gejala lanjut daun menjadi lebih
kaku dan lebih kecil, tulang daun utama dapat tetap hijau atau menjadi berwarna
kuning.
b. Gejala
pada tanaman muda
Adalah kuncup yang berkembang
lambat, pertumbuhannya mencuat ke atas, daun menjadi lebih kecil dan ditemukan
gejala khas CVPD yaitu blotching, mottle, belang-belang kuning berpola tidak
teratur pada helai daun yang agak berbeda dengan gejala defisiensi hara Zn, Mn,
Fe atau Mg.
c. Gejala
pada tanaman dewasa
Adalah lebih bervariasi seperti:
gejala greening sektoral, diawali dengan munculnya gejala blotching pada
cabang-cabang tertentu, diiringi dengan pertumbuhan tunas air lebih banyak dari
tanaman normal di luar musim pertunasan. Daun-daun pada cabang sakit menjorok
ke atas seperti sikat, gejala berat, daun bisa menguning seluruhnya (seperti
defisiensi N) dan terjadi pengerasan tulang daun primer dan sekunder yang
dikenal sebagai Vein crocking, sementara itu secara keseluruhan daun menjadi
lebih kaku dan menebal. Gejala ini merupakan indikator adanya kerusakan lebih
berat pada pembuluh angkut atau phloem, pada pohon yang sudah berproduksi,
menyebabkan buah-buah pada cabang-cabang terinfeksi menjadil lebih kecil, tidak
simetris (lop sided). Kadang-kadang ditemukan buah red nose (warna orange pada
pangkal buah) terutama di tempat-tempat yang terlindung dari sinar. Buah
terserang bijinya abortus dan rasanya asam.
d. Gejala
tidak jelas.
Pada beberapa kasus misalnya
temperatur rendah, varietas berbeda, konsentrasi L. asiaticus rendah
(symptomless) defisiensi hara atau komplek, ada gejala penyakit lain yang
menyebabkan ekspresi gejala CVPD di lapang tidak jelas, maka diperlukan proses
deteksi yang disebut indeksing untuk memastikan penyebabnya. Indeksing dapat dilakukan dengan
pemeriksaan melalui tanaman indikator, dengan uji serologi ELISA (Enzym Linked
Immunosorbent Assay), DIBA (Dot Immono Blot Assay) atau dengan uji dengan PCR
(Polymerase Chain Reaction).
Bioekologi
Bakteri patogen mempunyai bentuk pleomorpik (beberapa bentuk). Bentuk batang
panjang yang sedang tumbuh berukuran 100-250 x 500-2.500 nm yang berbentuk
sperical (membulat) diameternya 700-800 nm. Bakteri ini tidak dapat dikulturkan.
L. asiaticus hidup di dalam jaringan floem mengakibatkan sel-sel floem
mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman menyerap nutrisi. Penyebaran
ke bagian tanaman lain tergolong lambat, meskipun bakteri hidup dalam floem.
Gejala baru terlihat 4-6 bulan setelah tanaman terinfeksi. Bahkan di lapang,
gejala terlihat jelas setelah 1-3 tahun. Penyebaran CVPD antar daerah atau
kebun (secara geografis) biasanya melalui mata-tempel atau bibit terinfeksi,
sedangkan penyebaran di dalam kebun antar tanaman melalui serangga kutu loncat
(Diaphorina citri) atau mata-tempel yang terinfeksi. Tipe hubungan patogen
dalam tubuh serangga pembawa (vektor) bersifat persisten, sirkulatif dan non
propagatif, artinya jika vektor CVPD telah mengandung L. asiaticus maka bila
kondisinya ideal selama hidupnya akan terus mengandung bakteri, tetapi tidak
diturunkan pada anaknya. Kutu loncat dapat menularkan CVPD pada tanaman sehat
168-360 jam setelah menghisap bakteri. Penularan melalui alat-alat pertanian
terkontaminasi perlu diwaspadai seperti yang dilaporkan di Thailand. Sebaran
geografis penyakit ini sangat luas terdapat pada hampir di semua sentra jeruk
di Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, dan NTB. Kalimantan yang selama ini bebas,
mulai dicurigai tercemar juga. Penyakit ini ditemukan di daerah dengan
ketinggian rendah (10 m dpl.) sampai ketinggian 1.000 m dpl. Sebagian besar
varietas komersial peka terhadap penyakit ini. Varietas jeruk besar dan Konde
Purworejo toleran.
Sedangkan menurut
(Wijaya,2008), tanaman yang terserang CVPD memperlihatkan gejala luar
yaitu daun-daun klorosis, tegak dan kaku. Daun-daun tersebut memperlihatkan
gejala vein banding yaitu tulang daun berwarna hijau tua dan lamina daun
menguning. Pemeriksaan histologis dan anatomis menunjukkan bahwa pada tulang
daun tanaman jeruk yang sakit terjadi kerusakan floem. Dalam jaringan floem
tanaman sakit terdapat banyak sel yang rusak atau nekrosis. Jaringan floem
tanaman sakit lebih tebal daripada daun tanaman sehat. Penebalan ini disebabkan
oleh pertambahan jumlah sel (hyperplasia) dan hypertrophy atau
pembesaran sel.
II.2 Pengendalian
Pengendalian
penyakit CVPD masih sangat sulit untuk di lakukan dengan cara mekanik, karena
tingkat penyebaran yang sangat cepat menyerang tanaman. Sehingga cara yang
masih digunakan ialah dengan menggunakan teknik isolasi tanaman yang terserang
virus. Adapun tahapan dalam isolasi adalah sebagai berikut :
Tahap-Tahap Prosedur Isolasi Gen Resisten
Penyakit CVPD
- Uji ketahanan tanaman jeruk kinkit dan karatachi
serta tanaman jeruk budidaya (siem dan keprok) terhadap serangan penyakit
CVPD dengan cara penularan mengunakan serangga vektor D. citri
- Deteksi PCR untuk memastikan serangan penyakit
CVPD pada tanaman yang diuji.
- Jeruk kinkit dan karatachi dipilih sebagai
tanaman yang toleran terhadap serangan penyakit CVPD (CVPDr)
- Transformasi genetik secara in vitro atau in
planta pada tanaman jeruk kinkit dan karatachi
- Seleksi transforman (tanaman yang termutasi)
- Uji ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD
untuk tanaman-tanaman termutasi (transforman)
- Seleksi yang menjadi peka terhadap serangan
penyakit CVPD (CVPDr-s)
- Inverse PCR (IPCR) untuk isolasi flanking DNA
termutasi dari mutan tanaman jeruk kinkit CVPDr-s.
- Kloning produk IPCR (flanking DNA termutasi) pada
vektor plasmid
- Sekuen fragmen DNA produk IPCR
- Formulasi primer untuk deteksi wild type
target DNA yang mengandung gen untuk ketahanan terhadap serangan
penyakit CVPD
- Deteksi dan isolasi serta kloning wild type
target DNA yang mengandung gen untuk ketahanan terhadap serangan
penyakit CVPD
- Analisis sekuen klon wild type target DNA
yang mengandung gen untuk ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD dan
penentuan ORF (open reading frame) dari gen gen untuk ketahanan terhadap
serangan penyakit CVPD (gen CVPDr)
- Over expression (produksi protein) gen CVPDr
pada sel Escherichia coli
- Analisis fungsi protein yang dihasilkan oleh gen
CVPDr dalam mekanisme ketahanan tanaman terhadap serangan
penyakit CVPD
- Pembuatan tanaman jeruk transgenik menggunakan
gen CVPDr
- Uji ketahanan tanaman jeruk transgenik dengan gen
CVPDr terhadap serangan penyakit CVPD
Selain dengan
menggunakan metode in vitro yaitu isolasi bisa dengan menggunakan pengendalian
hayati dengan menggunakan musuh alami serangga yaitu parasitoid nimfa Tamarixia
radiata Wat. (Hymenoptera : Euploidae) dan Diaphorencyrtus alligarensisi
Shaffe (Hymenoptera : Encyrtidae).
Daftar pustaka
Anonymous, 2010. CVPD (Citrus
vein Phloem Degeration)
File://D:PDF FILES\CVPD.pdf
Anonymous, 2010. Isolasi Gen Resisten terhadap Penyakit CVPD. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/bioteknologi-dan-rekayasa-genetik-tanaman/aplikasi-bioteknologi-i/isolasi-gen-resisten-terhadap-penyakit-cvpd/
Chen
CN. 1998. Ecology of the insect vector of citrus systemic diseases and their
control in Taiwan. Citrus Greening Control Project in Okinawa,
Japan. Extension
Bulletin. 459 : 1 – 5.
Wirawan,
IGP. 2002. Mekanisme Tingkat Melekul Infeksi Penyakit
CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) pada Tanaman Jeruk dan Peran Diaphorina
citri Kuw. Sebagai Serangga Vektor. Laporan Pelaksanaan RUT IX. 1 Tahun
2002. Denpasar : Lembaga Penelitian Universitas Udayana.
Wijaya,
IN. 2008.Pengendalian Penyakit CVPD pada Tanaman jeruk dan Penyakit Karat Puru
pada Tanaman Albesia di Desa Taro. Kegiatan pengabdian Masyarakat Universitas
Udayana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar