Senin, 12 Desember 2011

CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) pada Tanaman Jeruk


Buah jeruk ialah buah yang banyak di budidayakan di Indonesia, sehingga tingkat penyebaranya sangat merata di Indonesia. Oleh sebab itu apabila makin tinggi tingkat penyebaran maka tingakat trserang hama penyakit maupun penyakit juga akan semakin tinggi pula. Virus yang sering menyerang tanaman jeruk ialah CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) Penyebab penyakit CVPD yang juga disebut citrus greening atau huanglongbin adalah bakteri Liberobacter yang tergolong dalam subdivisi Protobacteria (Chen. 1998). Bakteri Liberobacter hidup dalam floem tanaman jeruk dan menimbulkan gejala yang khas, bakteri tersebut belum bisa dibiakkan pada media buatan (Wirawan, 2002).
Oleh sebab itu kerugian oleh petani yang disebabkan oleh penyakit ini sangat tinggi , karena bagian yang diserang adalah bagian phloem maka menyebabkan tanaman yang terserang bisa berakibat kelayuan dan akhirnya mati.
II.1 Gejala pada tanaman
Penyakit CVPD ini disebabkan oleh Liberibacter asiaticus (bakteri gram negatif), tanaman yang terserang penyakit ini memilki gejala-gejala pada tanaman antara lain :
a.       Gejala khas
adalah belang-belang kuning (blotching) tidak merata mulai berkembang pada daun bagian ujung yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Gejala belang-belang pada bagian atas sama dengan bagian bawah. Pada gejala lanjut daun menjadi lebih kaku dan lebih kecil, tulang daun utama dapat tetap hijau atau menjadi berwarna kuning.
b.      Gejala pada tanaman muda
Adalah kuncup yang berkembang lambat, pertumbuhannya mencuat ke atas, daun menjadi lebih kecil dan ditemukan gejala khas CVPD yaitu blotching, mottle, belang-belang kuning berpola tidak teratur pada helai daun yang agak berbeda dengan gejala defisiensi hara Zn, Mn, Fe atau Mg.
c.       Gejala pada tanaman dewasa
Adalah lebih bervariasi seperti: gejala greening sektoral, diawali dengan munculnya gejala blotching pada cabang-cabang tertentu, diiringi dengan pertumbuhan tunas air lebih banyak dari tanaman normal di luar musim pertunasan. Daun-daun pada cabang sakit menjorok ke atas seperti sikat, gejala berat, daun bisa menguning seluruhnya (seperti defisiensi N) dan terjadi pengerasan tulang daun primer dan sekunder yang dikenal sebagai Vein crocking, sementara itu secara keseluruhan daun menjadi lebih kaku dan menebal. Gejala ini merupakan indikator adanya kerusakan lebih berat pada pembuluh angkut atau phloem, pada pohon yang sudah berproduksi, menyebabkan buah-buah pada cabang-cabang terinfeksi menjadil lebih kecil, tidak simetris (lop sided). Kadang-kadang ditemukan buah red nose (warna orange pada pangkal buah) terutama di tempat-tempat yang terlindung dari sinar. Buah terserang bijinya abortus dan rasanya asam.
d.      Gejala tidak jelas.
Pada beberapa kasus misalnya temperatur rendah, varietas berbeda, konsentrasi L. asiaticus rendah (symptomless) defisiensi hara atau komplek, ada gejala penyakit lain yang menyebabkan ekspresi gejala CVPD di lapang tidak jelas, maka diperlukan proses deteksi yang disebut indeksing untuk memastikan penyebabnya. Indeksing dapat dilakukan dengan pemeriksaan melalui tanaman indikator, dengan uji serologi ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay), DIBA (Dot Immono Blot Assay) atau dengan uji dengan PCR (Polymerase Chain Reaction).
Bioekologi Bakteri patogen mempunyai bentuk pleomorpik (beberapa bentuk). Bentuk batang panjang yang sedang tumbuh berukuran 100-250 x 500-2.500 nm yang berbentuk sperical (membulat) diameternya 700-800 nm. Bakteri ini tidak dapat dikulturkan. L. asiaticus hidup di dalam jaringan floem mengakibatkan sel-sel floem mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman menyerap nutrisi. Penyebaran ke bagian tanaman lain tergolong lambat, meskipun bakteri hidup dalam floem. Gejala baru terlihat 4-6 bulan setelah tanaman terinfeksi. Bahkan di lapang, gejala terlihat jelas setelah 1-3 tahun. Penyebaran CVPD antar daerah atau kebun (secara geografis) biasanya melalui mata-tempel atau bibit terinfeksi, sedangkan penyebaran di dalam kebun antar tanaman melalui serangga kutu loncat (Diaphorina citri) atau mata-tempel yang terinfeksi. Tipe hubungan patogen dalam tubuh serangga pembawa (vektor) bersifat persisten, sirkulatif dan non propagatif, artinya jika vektor CVPD telah mengandung L. asiaticus maka bila kondisinya ideal selama hidupnya akan terus mengandung bakteri, tetapi tidak diturunkan pada anaknya. Kutu loncat dapat menularkan CVPD pada tanaman sehat 168-360 jam setelah menghisap bakteri. Penularan melalui alat-alat pertanian terkontaminasi perlu diwaspadai seperti yang dilaporkan di Thailand. Sebaran geografis penyakit ini sangat luas terdapat pada hampir di semua sentra jeruk di Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, dan NTB. Kalimantan yang selama ini bebas, mulai dicurigai tercemar juga. Penyakit ini ditemukan di daerah dengan ketinggian rendah (10 m dpl.) sampai ketinggian 1.000 m dpl. Sebagian besar varietas komersial peka terhadap penyakit ini. Varietas jeruk besar dan Konde Purworejo toleran.
Sedangkan menurut  (Wijaya,2008), tanaman yang terserang CVPD memperlihatkan gejala luar yaitu daun-daun klorosis, tegak dan kaku. Daun-daun tersebut memperlihatkan gejala vein banding yaitu tulang daun berwarna hijau tua dan lamina daun menguning. Pemeriksaan histologis dan anatomis menunjukkan bahwa pada tulang daun tanaman jeruk yang sakit terjadi kerusakan floem. Dalam jaringan floem tanaman sakit terdapat banyak sel yang rusak atau nekrosis. Jaringan floem tanaman sakit lebih tebal daripada daun tanaman sehat. Penebalan ini disebabkan oleh pertambahan jumlah sel (hyperplasia) dan hypertrophy atau pembesaran sel.
II.2 Pengendalian
Pengendalian penyakit CVPD masih sangat sulit untuk di lakukan dengan cara mekanik, karena tingkat penyebaran yang sangat cepat menyerang tanaman. Sehingga cara yang masih digunakan ialah dengan menggunakan teknik isolasi tanaman yang terserang virus. Adapun tahapan dalam isolasi adalah sebagai berikut :
            Tahap-Tahap Prosedur Isolasi Gen Resisten Penyakit CVPD
  1. Uji ketahanan tanaman jeruk kinkit dan karatachi serta tanaman jeruk budidaya (siem dan keprok) terhadap serangan penyakit CVPD dengan cara penularan mengunakan serangga vektor D. citri
  2. Deteksi PCR untuk memastikan serangan penyakit CVPD pada tanaman yang diuji.
  3. Jeruk kinkit dan karatachi dipilih sebagai tanaman yang toleran terhadap serangan penyakit CVPD (CVPDr)
  4. Transformasi genetik secara in vitro atau in planta pada tanaman jeruk kinkit dan karatachi
  5. Seleksi transforman (tanaman yang termutasi)
  6. Uji ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD untuk tanaman-tanaman termutasi (transforman)
  7. Seleksi yang menjadi peka terhadap serangan penyakit CVPD (CVPDr-s)
  8. Inverse PCR (IPCR) untuk isolasi flanking DNA termutasi dari mutan tanaman jeruk kinkit CVPDr-s.
  9. Kloning produk IPCR (flanking DNA termutasi) pada vektor plasmid
  10. Sekuen fragmen DNA produk IPCR
  11. Formulasi primer untuk deteksi wild type target DNA yang mengandung gen untuk ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD
  12. Deteksi dan isolasi serta kloning wild type target DNA yang mengandung gen untuk ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD
  13. Analisis sekuen klon wild type target DNA yang mengandung gen untuk ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD dan penentuan ORF (open reading frame) dari gen gen untuk ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD (gen CVPDr)
  14. Over expression (produksi protein) gen CVPDr pada sel Escherichia coli
  15. Analisis fungsi protein yang dihasilkan oleh gen CVPDr dalam mekanisme ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit CVPD
  16. Pembuatan tanaman jeruk transgenik menggunakan gen CVPDr
  17. Uji ketahanan tanaman jeruk transgenik dengan gen CVPDr terhadap serangan penyakit CVPD
Selain dengan menggunakan metode in vitro yaitu isolasi bisa dengan menggunakan pengendalian hayati dengan menggunakan musuh alami serangga yaitu parasitoid nimfa Tamarixia radiata Wat. (Hymenoptera : Euploidae) dan Diaphorencyrtus alligarensisi Shaffe (Hymenoptera : Encyrtidae).

Daftar pustaka
Anonymous, 2010. CVPD (Citrus vein Phloem Degeration)
File://D:PDF FILES\CVPD.pdf


Chen CN. 1998. Ecology of the insect vector of citrus systemic diseases and their control in Taiwan. Citrus Greening Control Project in Okinawa,
Japan. Extension Bulletin. 459 : 1 – 5.

Wirawan,  IGP. 2002.  Mekanisme Tingkat Melekul Infeksi Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) pada Tanaman Jeruk dan Peran Diaphorina citri Kuw. Sebagai Serangga Vektor. Laporan Pelaksanaan RUT IX. 1 Tahun 2002. Denpasar : Lembaga Penelitian Universitas Udayana.

Wijaya, IN. 2008.Pengendalian Penyakit CVPD pada Tanaman jeruk dan Penyakit Karat Puru pada Tanaman Albesia di Desa Taro. Kegiatan pengabdian Masyarakat Universitas Udayana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar