Beberapa penemuan
terakhir mulai memperjelas pengaruh iklim terhadap produksi pertanian. Pada
pertemuan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dilaporkan
berbagai model simulasi untuk menduga pengaruh perubahan iklim terhadap
produksi tanaman. Pengaruh pada produksi pertanian dapat disebabkan paling
tidak oleh pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman, pengaruh terhadap
organisme pengganggu tanaman, dan kondisi tanah.
Berdasarkan tipe fotosintesis,
tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM
(crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah
panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih
adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi.
Sebagian
besar tanaman pertanian, seperti padi, gandum, kentang, kedelai,
kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3. Tanaman pangan
yang tumbuh di daerah tropis, terutama gandum, akan mengalami penurunan hasil
yang nyata dengan adanya kenaikan sedikit suhu karena saat ini gandum
dibudidayakan pada kondisi suhu toleransi maksimum. Negara berkembang akan
berada pada posisi sulit untuk mempertahankan kecukupan pangan.
Perubahan
iklim akan memacu berbagai pengaruh yang berbeda terhadap jenis hama dan
penyakit. Perubahan iklim akan mempengaruhi kecepatan perkembangan individu
hama dan penyakit, jumlah generasi hama, dan tingkat inokulum patogen, atau
kepekaan tanaman inang. Menurut Wiyono3 pengaruh iklim terhadap perkembangan
hama dan penyakit tanaman dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu (1)
eskalasi, di mana hama-penyakit yang dulunya penting menjadi makin merusak,
atau tingkat kerusakannya menjadi lebih besar; (2) perubahan status; dan (3)
degradasi. Patogen yang ditularkan melalui vektor perlu mendapat perhatian
penting, kerusakan tanaman akan menjadi berlipat ganda akibat patogen dan
serangga vektornya (Ghini 2005, Garrett et al. 2006). Peningkatan suhu udara
merangsang terjadinya ledakan serangga vektor. Oleh karenanya penyebaran dan
intensitas penyakit diduga akan meledak. Indonesia memiliki beberapa penyakit
penting yang ditularkan oleh vektor seperti virus kerdil pada padi, CVPD pada
jeruk, dan yang lainnya. Selain mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas vektor,
peningkatan suhu juga mendorong aktivitas patogen tertentu. Patogen yang
memiliki adaptabilitas pada suhu yang cukup luas akan mudah beradaptasi dengan
peningkatan suhu udara.
Menyimak kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di atas, wajar apabila
orang yang tinggal di sekitar daerah tropis merasa khawatir atas terjadinya
perubahan iklim. Namun, apakah mungkin perubahan iklim ini dapat diatasi hanya
dengan perbaikan lingkungan di daerah tropis? Padahal penyumbang masalah
terjadinya perubahan iklim bukan hanya akibat konversi hutan atau lahan budi
daya pertanian. [Warta Biogen Vol. 3, No. 3, Desember 2007]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar