Patogen
ini terdapat di tempat-tempat yang beriklim dingin. Patogen ini menyebabkan
seedling blight, busuk tangkai dan busuk biji. Infeksinya melalui biji dan
tanah. Perlakuan lebih efektif dengan pemberian bahan kimia organomerquri dan
non merquri yaitu Arasan dan Dithae.
Menurut
Semangun (2004), busuk tongkol diplodia tersebar luas di jawa, bahkan penyakit
ini sudah menyebar di seluruh Indonesia. Penyakit ini membentuk kompleks busuk
tongkol, yang juga menyebabkan busuk daun dan penyakit semai. Pada umunya
penyakit ini kurang merugikan, meski[un lebih merugikan di daerah iklim sedang
dan di pegunungan daerah tropik.
Gejala
yang muncul yaitu terjadi infeksi pada beberapa biji secara tidak tampak sampai
ke membusuknya seluruh tongkol dan kelobot. Diantara biji-biji terdapat
miselium yang berwarna putih sampai coklat kelabu. Biasanya pembusukan
berkembang dari pangkal ke ujung tongkol.
Penyebab
penyakit ini adalah Diplodia maydis
(Berk) Sacc. Jamur ini membentuk piknidium dalam jaringan, bulat dan agak
bulat, coklat tua atau hitam, garis tengah 150-300 µm. Dinding bersel banyak,
berwarna lebih gelap disekeliling ostiol yang bulat dan menonjol, yang
mempunyai garis tengah 40 µm. Patogen mempertahankan diri dalam biji dan hidup
sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman sakit. Pada waktu cuaca lembab,
konidium keluar dari piknidium seperti benang-benang hitam, dan seterusnya
konidium dapat dipencarkan oleh percikan air, atau setelah mengering oleh
angin. Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman benih sehat, penanaman
varietas tahan dan perlakuan benih (seed dressing).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar