Senin, 25 Juni 2012

Khas Indonesia : Ormas Muhammadiyah Telah Menetapkan 20 Juli Sebagai Awal Ramadhan 1433 H (Awal Puasa) dan 1 Syawal (Lebaran) Pada 19 Agustus 2012


Tak terasa, se­­bulan lagi umat muslim mu­lai menjalankan ibadah pua­sa. Se­­perti biasanya, ken­dati pe­me­­rintah belum mene­tapkan se­cara resmi awal puasa, or­mas keagamaan terbesar Mu­ham­madiyah mengumumkan 20 Juli 2012 jatuhnya awal pua­sa. Se­dangkan 1 Syawal 1433 Hi­jriah berlangsung tang­­­­gal 19 Agus­tus mendatang. 

Pengurus Wilayah Mu­ham­­­ma­­diyah Sumbar menye­but­kan, pe­netapan itu sudah me­lalui ke­sepakatan Pimpinan Pu­sat (PP) Muhammadiyah. Pe­ne­ta­pan ini berdasarkan me­to­de hi­sab yang me­nunjukkan ma­ta­hari sudah terbenam 29 Sya’ban.

Pimpinan Wilayah Mu­ham­madiyah Sumbar, Das­ril Ilyas tidak menafikan ter­ja­dinya perbedaan penetapan awal puasa dengan peme­rin­tah maupun organisasi ke­aga­ma­an lainnya. Tapi, menu­rut per­­hitungan hisab yang dila­ku­kan tim hisab tarjih dan taj­did Mu­hammadiyah, yang ber­pedoman ephemeris ma­tahari dan bulan yang dilakukan Mah­kamah Agung Direktorat Jen­deral Badan Peradilan Aga­ma. Dengan begitu, warga Mu­ham­madiyah menyepakati 1 Ra­madhan pada 20 Juli.

“Shalat Tarawih pertama akan dilakukan sehari se­belum­nya (19 Juli, red). Se­dang­kan hitungan hari berpuasa adalah 30 hari,” ujarnya saat launching Im­sakiyah Ramadhan 1433 Hi­jriah, di Gedung Dakwah Mu­ham­madiyah Sumbar, kemarin (19/6). “Jika nantinya berbeda, kita harapkan tidak ada masalah. Kita akan saling menghormati,” ujarnya.

Acara tersebut juga dihadiri se­jum­lah tokoh Muham­ma­diyah Sumbar, perwakilan Kan­wil Kemenag Sumbar, dan Wakil Wa­li Kota Padang Mahyeldi An­sharullah. Wawako juga meng­­ha­rapkan, jika memang ada per­bedaan, jangan menja­dikan hal itu masalah. “Ber­ibadahlah ter­gan­tung keimanan. Jangan sam­pai menimbulkan musibah ka­rena perbedaan itu,” imbau­nya..

Berpotensi Beda

Sebelumnya, Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Ke­dirgantaraan Lembaga Pener­bangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin meyakini penetapan awal puasa di Indonesia bakal mengalami perbedaan. Tetapi, penetapan 1 Syawal berpotensi kompak anta­ra sejumlah ormas dengan pe­me­rintah.

Thomas menuturkan, se­telah mengamati posisi bulan, dia menyimpulkan jika ada po­tensi perbedaan dalam pene­tapan 1 Ramadhan. Dia men­je­laskan, pemerintah melalui Ke­menag akan menjalankan pe­nga­matan bulan atau ruk­yatul hilal pada 19 Juli 2012 nanti.

Dari perjalanan bulan, dike­tahui bahwa pada magrib akhir Sya’ban atau 19 Juli 2012 nanti, bulan telah tampak di Indonesia. Tetapi, ketinggiannya ku­rang dari imkan rukyat. Keten­tuan imkan rukyat meng­gu­na­kan kriteria yang disepakati ketinggian bulan minimal 2 derajat.

 Nah, karena pada 19 Juli 2012 bulan sudah wujud tetapi ku­rang dari 2 derajat, maka peng­guna hisab wujudul hilal akan menetapkan awal Rama­dhan jatuh pada 20 Juli. Peng­guna hisab wujudul hilal ini di an­taranya adalah Muham­ma­diyah.

Sedangkan ormas yang meng­gunakan hisab imkan ruk­yat akan menetapkan 1 Ra­madhan pada 21 Juli. Sementara itu, posisi hilal yang rendah tadi (antara 0-2 derajat) tidak mung­kin akan berhasil di-ruk­yat pada 19 Juli. Maka pengguna rukyat kemungkinan besar me­ne­tap­kan 1 Ramadhan jatuh pada 21 Juli. Pengguna rukyat ini di antaranya pemerintah dan Nah­dlatul Ulama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar