Tujuan
utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam
periode simpan yang sepanjang mungkin. Yang dipertahankan ialah viabilitas
maksimum benih yang tercapai pada saat benih masak fisiologis atau berada pada
stadium II dalam konsep Steinbaurer (1958). Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan dibagi
menjadi dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar.
1. Faktor
Dalam
a. Jenis
dan sifat benih
Sangat penting untuk
diketahui apakah benih tersebut berasal dari benih tanaman daerah tropis,
sedang atau dingin yang bersifat hydrophyt, mesophyt atau makrobiotik dll.
Semua keterangan tentang jenis dan sifat benih ini sangat penting untuk dapat
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan pun hatus ditentukan sesuai
dengan jenis dan sifat benih yang akandisimpan.
b. Viabilitas
awal dari benih
Untuk mendapatkan benih
yang baik sebelum disimpan maka biji harus benar-benar masak di pohon dan sudah
mencapai kematangan fisiologis. Benih yang disimpan harus bertitik tolak dari
viabilitas awal yang semaksimum mungkin untuk dapat mencapai waktu simpan yang
lama. Karena selama masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari
viabilitas awal tersebut, yang mana tidak dapat dihentikan lajunya. Pemilihan
benih serta penyimpanan yang baik merupakan cara untuk mengurangi kemunduran
tersebut, sehingga laju kemunduran viabilitas benih dapat diatasi sekecil
mungkin.
c. Kandungan
air benih
Benih yang akan
disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal, yaitu kandungan air
tertentu dimana benih tersebut dapat disimpan lama tanpa mengalami penurunan
viabilitas benih.
Benih pada saat panen
biasanya memiliki kandungan air benih sekitar 16-20 %, untuk dapat
mempertahankan viabilitas maksimumnya maka kandungan air tersebut harus
diturunkan terlebih dahulu sebelum disimpan. Kandungan air benih benih
kira-kira 4-5% dari berat kering sebelum disimpan pada tempat penyimpanan
tertutup adalah efektif untuk memperpanjang viabilitasnya, terutama pada
temperatur laboratorium.
2. Faktor
Luar
a. Temperatur
Temperatur yang terlalu
tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan
pada benih. Karena saat memperbesar terjadinya penguapan zat cair dalam benih
akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Protoplasma
dalam embrio akan mati akibaat keringnya sebagian atau seluruh benih.
Temperatur optimum
untuk penyimpanan benih jangka panjang terletak antara 0-32oF (-18-0oC).
Antara kandungan air benih dan temperatur terdapat hubungan yang sangat erat
dan timbal balik. Jika salah satu tinggi maka yang lain harus rendah.
b. Kelembaban
Kelembaban lingkungan
selama penyimpanan juga sanngat mempengaruhi viabilitas benih. Sifat biji yang
higroskopis menyebabkan selalu mengadakan kesetimbangan dengan udara di
sekitarnya. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara yang
rendah dapat menyebabkan penguapan air dari dalam benih dan mempertinggi
kelembaban udara disekitar benih. Sebaliknya bila kandungan air dalam benih
rendah sedangkan kelembaban udara disekitar benih tinggi akan mengakibatkan
terjadinya penyerapan air oleh benih dan penurunan kelembaban udara disekitar
benih sampai tercapai tekakan yang seimbang. Bagi kebanyakan benih kelembaban
nisbi antara 50-60% temperatur antara 32-50oF (0-10oF)
adalah cukup baik untuk mempertahankan viabilitas benih paling tidak untuk
jangka waktupenyimpanan selama setahun.
c. Gas
disekitar benih
Adanya gas disekitar
dapat mempertahankan viabilitas benih, misalnya gas CO2 yang akan
mengurangi O2 sehingga respirasi benih dapat dihambat atau
menggantikan O2 dengan gas nitrogen.
d. Mikroorganisme
Kegiatan
mikroorganisme yang tergolong dalam hama dan penyakit gudang dapat mempengaruhi
viabilitas benih yang disimpan.
Bakteri
Pseudomonas glycinea dan Pseudomona tabacci merupakan bakteri
yang dapat menyerang benih kedele di gudang penyimpanan.
Selain
cendawan dan bakteri, virus juga dapat menyerang benih kedele didalam gudang
penyimpanan, misalnya virus Bean common mosaic dan tobacco ring-spot.
Sedangkan
yang merupakan hama dalam gudang penyimpanan benih adalah tikus, burung dan
insekta (cotton, 1941). Jenis-jenis insekta yang termasuk hama perusak benih
dalam simpanan anta lain calandra sp, Corcyra cephalonica, Ephestia cautella,
Rhizoperha dominica F. Diantara hama gudang yang menyerang kedele yaitu
Tribolium sp, Tricoderma sp.
Serangga-serangga
tersebut menyebabkan kerusakan fisik terhadap benih menjadi berlubang, keropos
atau hancur menjadi butiran kecil/tepung. Kerusakan fisik ini akan
memudahkanserangan bakteri atau cendawan terhadap benih
Daftar
Pustaka
Sutopo,
Lita. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar