Senin, 03 Oktober 2011

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Dalam Penyimpanan


Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Yang dipertahankan ialah viabilitas maksimum benih yang tercapai pada saat benih masak fisiologis atau berada pada stadium II dalam konsep Steinbaurer (1958). Kemasakan fisiologis diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum untuk panen dapat dimulai.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar.
1.      Faktor Dalam
a.       Jenis dan sifat benih
Sangat penting untuk diketahui apakah benih tersebut berasal dari benih tanaman daerah tropis, sedang atau dingin yang bersifat hydrophyt, mesophyt atau makrobiotik dll. Semua keterangan tentang jenis dan sifat benih ini sangat penting untuk dapat mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan pun hatus ditentukan sesuai dengan jenis dan sifat benih yang akandisimpan.
b.      Viabilitas awal dari benih
Untuk mendapatkan benih yang baik sebelum disimpan maka biji harus benar-benar masak di pohon dan sudah mencapai kematangan fisiologis. Benih yang disimpan harus bertitik tolak dari viabilitas awal yang semaksimum mungkin untuk dapat mencapai waktu simpan yang lama. Karena selama masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal tersebut, yang mana tidak dapat dihentikan lajunya. Pemilihan benih serta penyimpanan yang baik merupakan cara untuk mengurangi kemunduran tersebut, sehingga laju kemunduran viabilitas benih dapat diatasi sekecil mungkin.
c.       Kandungan air benih
Benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal, yaitu kandungan air tertentu dimana benih tersebut dapat disimpan lama tanpa mengalami penurunan viabilitas benih.
Benih pada saat panen biasanya memiliki kandungan air benih sekitar 16-20 %, untuk dapat mempertahankan viabilitas maksimumnya maka kandungan air tersebut harus diturunkan terlebih dahulu sebelum disimpan. Kandungan air benih benih kira-kira 4-5% dari berat kering sebelum disimpan pada tempat penyimpanan tertutup adalah efektif untuk memperpanjang viabilitasnya, terutama pada temperatur laboratorium.

2.      Faktor Luar
a.       Temperatur
Temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena saat memperbesar terjadinya penguapan zat cair dalam benih akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Protoplasma dalam embrio akan mati akibaat keringnya sebagian atau seluruh benih.
Temperatur optimum untuk penyimpanan benih jangka panjang terletak antara 0-32oF (-18-0oC). Antara kandungan air benih dan temperatur terdapat hubungan yang sangat erat dan timbal balik. Jika salah satu tinggi maka yang lain harus rendah.
b.      Kelembaban
Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sanngat mempengaruhi viabilitas benih. Sifat biji yang higroskopis menyebabkan selalu mengadakan kesetimbangan dengan udara di sekitarnya. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari dalam benih dan mempertinggi kelembaban udara disekitar benih. Sebaliknya bila kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban udara disekitar benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih dan penurunan kelembaban udara disekitar benih sampai tercapai tekakan yang seimbang. Bagi kebanyakan benih kelembaban nisbi antara 50-60% temperatur antara 32-50oF (0-10oF) adalah cukup baik untuk mempertahankan viabilitas benih paling tidak untuk jangka waktupenyimpanan selama setahun.
c.       Gas disekitar benih
Adanya gas disekitar dapat mempertahankan viabilitas benih, misalnya gas CO2 yang akan mengurangi O2 sehingga respirasi benih dapat dihambat atau menggantikan O2 dengan gas nitrogen.
d.      Mikroorganisme
Kegiatan mikroorganisme yang tergolong dalam hama dan penyakit gudang dapat mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan.
Bakteri Pseudomonas glycinea dan Pseudomona tabacci merupakan bakteri yang dapat menyerang benih kedele di gudang penyimpanan.
Selain cendawan dan bakteri, virus juga dapat menyerang benih kedele didalam gudang penyimpanan, misalnya virus Bean common mosaic dan tobacco ring-spot.
Sedangkan yang merupakan hama dalam gudang penyimpanan benih adalah tikus, burung dan insekta (cotton, 1941). Jenis-jenis insekta yang termasuk hama perusak benih dalam simpanan anta lain calandra sp, Corcyra cephalonica, Ephestia cautella, Rhizoperha dominica F. Diantara hama gudang yang menyerang kedele yaitu Tribolium sp, Tricoderma sp.
Serangga-serangga tersebut menyebabkan kerusakan fisik terhadap benih menjadi berlubang, keropos atau hancur menjadi butiran kecil/tepung. Kerusakan fisik ini akan memudahkanserangan bakteri atau cendawan terhadap benih

Daftar Pustaka
Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar