Penyakit Tanaman Tembakau
Beberapa penyakit yang dapat
menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman tembakau adalah penyakit lanas,
penyakit rebah kecambah, penyakit kerupuk dan penyakit layu bakteri. Secara
ringkas diskripsi penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai berikut.
Penyakit Rebah Kecambah. Penyakit
ini disebabkan oleh cendawan Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.
Penyakit ini pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan
pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya
bibit roboh. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban
di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 – 8,5. Penyakit
ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan, disinfeksi tanah
sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan serta pencelupan bibit
sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 – 3 g/liter
air), Benomil 2 – 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l air.
Penyakit Lanas. Patogen penyebab
penyakit ini adalah cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan
(Semangun 1988). Gejala serangannya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu : Tipe
1; tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati,
pangkal batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah
empulur tanaman bersekat-sekat, Tipe 2; daunnya terkulai kemudian menguning
tanaman layu dan akhirnya mati, Tipe 3; bergejala nekrosis berwarna gelap
terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun
normal. Cara pencegahannya adalah melakukan sanitasi pengolahan tanah yang
matang memperbaiki drainase penggunaan pupuk kandang yang telah masak, rotasi
tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker
206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33 (Lucas
1975, Powel 1988, Melton 1991). Pengendaliannya dapat dilakukan dengan
penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida
Mankozeb 2 – 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida
1 – 2 ml air dan bubur bordo 1 – 2 %.
Penyakit Kerupuk. Patogen
penyebabnya adalah virus krupuk tembakau (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).
Gejala serangannya adalah daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke
atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat
kasar. Pencegahan penyakit ini adalah memberantas vektor lalat putih (Bemisia
tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.
Penyakit Layu Bakteri. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala serangannya adalah
layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal
batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun
dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti
asap rokok.
Penyakit lain yang kurang berbahaya
tapi sering menyerang tanaman tembakau adalah penyakit mosaik tembakau,
nematoda, karat daun, embun tepung dan antraknosa.
Hama Tembakau
Beberapa hama yang sering
menimbulkan kerugian pada tanaman tembakau yaitu ulat pucuk tembakau, ulat
grayak, kutu tembakau, kutu putih dan ulat tanah.
Ulat Pucuk Tembakau (Helicoverpa
assulta Genn dan Helicoverpa armigera Hubner). Gejala serangan terlihat dari
daun tembakau yang berlubang-lubang karena ulat memakan pucuk daun dan daun
atas. Pada saat serangan terjadi gejala tersebut belum nampak dan gejala akan
nampak jelas setelah daun tembakau membesar. Tanaman inang lain adalah kapas,
jagung, tomat, kedelai, buncis, asparagus dan jarak. Pengendalian dengan
penyemprotan insektisida seperti permetrin 2 g/liter atau betasiflutrin 25
g/liter.
Ulat grayak ( Spodoptera litura F).
Serangan terjadi pada malam hari biasanya bergerombol di pembibitan maupun di
pertanaman. Dari stadia telur sampai menjadi larva instar 5 yang dapat
menyerang tanaman memerlukan waktu 22 – 60 hari. Pengendalianya penyemprotan
dengan insektisida seperti pada ulat pucuk atau mengumpulkan masa telur.
Kutu Tembakau (Myzus persicae). Kutu
ini merusak tanaman tembakau karena mengisap cairan daun tanaman, menyerang di
pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu ini
menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi
cendawan berwarna hitam. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan
tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga. Secara Khemis kutu daun
mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total
nitrogen daun. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun
dapat menyebabkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured. Cara pengendalian
hama ini adalah dengan mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan
insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu
tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu). Pestisida yang digunakan yaitu
jenis imidaklorid.
Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn).
Baik kutu dewasa maupun nimfanya mengisap cairan daun sehingga daun menjadi
rusak. Disamping merusak daun, kutu ini juga menjadi vektor bagi virus krupuk
atau penyakit mosaik tembakau. Cara pengendalian dengan sanitasi lahan dan
meyemprot dengan insektisida Klorpirifos.
Untuk pengendalian hama dan penyakit
tanaman tembakau perlu dilakukan pengamatan ambang ekonomis serangan sebagai
langkah pengendalian dini (“Early Warning System”). Dengan langkah tersebut
dapat diidentifikasi apakah perlu atau tidak untuk melakukan tindakan
pengendalian. Apabila hal ini dilakukan jarang sekali terjadi ledakan serangan
hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian pada pengusahaan tembakau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar