Pengeringan
benih dapat dilakukan dengan memakai suatu alat pengeringan (Artificial drying)
atau dengan dengan penjemuran dibawah sinar matahari (Sun drying).
1.
Penjemuran
dengan panas sinar matahari/alami (Sun drying)
Pengeringan
benih dengan penjemuran merupakan cara yang tradisional di Indonesia.
Keuntungannya adalah bahwa energi yang didapat dari sinar matahari murah dan
berlimpah, terutama di daerah tropis. Namun, kerugian dari cara ini adalah
kadar air benih tak merata, penjemuran tergantung pada cuaca, waktu yang
diperlukan lebih lama dan banyak tenaga kerja.
2.
Penjemuran
buatan dengan alat mekanis/buatan (Artificial drying)
Pada
pengeringan secara artifisial dikenal tiga tipe yaitu
a. Pengeringan tanpa pemanasan
Pengeringan ini dilakukan di daerah
yang udaranya relatif kering, dimana kelembaban nisbi di bawah atau sekitar 70
%.
b. Pengeringan dengan menggunakan pemanasan
tinggi
Dilakukan dengan aliran dan tiupan
angin yang kontinyu tinggi, yang dihasilkan dengan mengalirkan uadara melalui suatu
alat pemanas.
c. Pengeringan dengan tambahan pemanasan
Dilakukan dengan suhu rendah, misalnya
dengan tambahan 10oF (-12,2oC) diatas suhu lingkungan .
karena suhu yang digunakan tidak tinggi sehingga dapat menjaga kualitas benih
serta aman dalam pelaksanaannya.
Ada
bermacam-macam alat pengeringan mekanis, tergantung dari bahan yang dikerjakan
dan tujuan pengeringannya seperti batch-drier, continuous flow machine, cabinet
drier, air lift drier, spray drier, drum drier, vacuum drier dll.
Adapun kandungan
air benih dari beberapa jenis tanaman pada saat panen dan untuk penyimpanan
selama 1 tahun dan 5 tahun menurut Soedarso, 1974.
Jenis tanaman
|
Kandungan air saat panen (%)
|
Kandungan air untuk penyimpanan 1
tahun (%)
|
Kandungan air untuk penyimpanan 5
tahun (%)
|
Jagung
|
14 – 30
|
13
|
11
|
Gandum
|
17
|
13 – 14
|
11 – 12
|
Sorgum
|
10 – 20
|
12
|
10 – 11
|
Padi
|
16 – 24
|
14
|
-
|
Kedelai
|
20
|
11
|
10
|
Rumput makanan ternak
|
70 - 80
|
15 – 20
|
15
|
Sedangkan batas
temperatur yang aman untuk mengeringkan benih dengan aman (kecuali yang
berminyak) menurut Owen. E.B., 1965. The Storage of seeds For Maintenance of
Viability
Kadar
air % (dasar berat basah)
|
Temperatur
udara maksimum yang aman oF
|
Temperatur
udara maksimum yang aman oC
|
18
|
152
– 159
|
66,7
– 70,6
|
20
|
142
– 152
|
61,1
– 66,7
|
22
|
134
– 146
|
56,7
– 63,3
|
24
|
127
– 141
|
52,8
– 60,6
|
26
|
120
– 136
|
48,9
– 57,8
|
28
|
114
– 133
|
45,6
– 56,1
|
30
|
110
– 128
|
43,3
– 53,3
|
Daftar Pustaka
Owen, E.B. 1965. The Storage Of Seeds For
maintenance Of Viability. Bulletin 43. Commonwealth Bureau of Pastures and
Field Crops, Hurley, Commonwealth Agricultural Bureau, farnham Royal, Bucks,
England.
Sutopo, Lita.
2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soedarsono. 1974. Masalah Pengeringan Benih. Proc.
Kursus Singkat Pengujian Benih IPB. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar